
Setiap orang yang memiliki hobi atau suatu projek yang ingin dilakukan, tentu akan mengusahakan berbagai cara supaya hal itu selesai, baik cepat atau lambat. Salah satu contohnya adalah menulis cerita.
Saat ini, masih banyak orang yang ingin menjadi penulis. Namun, hanya sebagian saja yang konsisten menulis sampai akhir.
Padahal, banyak sekali media yang bisa menjadi wadah untuk menumpahkan ide. Sayangnya, ketersediaan media sebanyak apapun tidak menjamin calon penulis yang ingin menjadi penulis dapat menyelesaikan ceritanya jika masih memiliki 4 alasan utama ini. Belum lagi, banyak sekali langkah-langkah yang harus dilakukan untuk membuat cerita agar menjadi satu karya yang utuh.
Beberapa langkah-langkah tersebut di antaranya seperti menentukan tema atau ide pokok, melakukan riset, membuat judul yang pas, menentukan nama tokoh dan karakter, membuat outline, penciptaan konflik-klimaks-ending dan lain-lain.
Saat mengaplikasikan langkah-langkah dalam menulis cerita, sedikit banyak pasti menghadapi berbagai masalah yang pada akhirnya enggan melanjutkan, menyelesaikan, mempublikasikan atau bahkan justru tidak kunjung memulai.
Ada 4 alasan utama mengapa calon penulis pada akhirnya tidak kunjung menyelesaikan ceritanya, yaitu:
1. Terlalu banyak pertimbangan

Pikiran yang seharusnya diberikan keleluasaan untuk menumpahkan segala ide justru malah disibukkan dengan berbagai pertimbangan seperti apakah cerita yang akan dibuat akan sempurna, apakah ide yang ada tidak aneh dan tidak pasaran, bagaimana kalau banyak kesalahan dalam penulisan atau terdapat banyak plot hole, apakah cerita yang nanti dipublikasikan akan populer dan pertimbangan-pertimbangan lainnya.
Jelas pertimbangan seperti itu lama-lama hanya akan membuat projek cerita tidak kunjung selesai. Sejujurnya tidak ada yang salah dengan pertimbangan jika didasarkan pada data-data atau setidaknya seimbang dengan usaha yang dilakukan. Namun, apabila pertimbangan itu hanya menjadi sebuah penghalang dalam berkreasi, maka sampai kapanpun cerita itu hanya akan berputar di dalam pikiran selamanya.
Jangan sampai pertimbangan yang seharusnya mematangkan ide justru membunuh pikiran kreatif dan menghalangi jalan yang diinginkan.
2. Membanding-bandingkan

Perbandingan acapkali dilakukan sebagai bentuk motivasi dan suntikan semangat, tapi tidak sedikit juga penulis yang tulisannya tidak kunjung selesai justru terlalu fokus membandingkan dirinya dengan orang lain. Misalnya seperti, penulis lain memiliki fasilitas laptop canggih yang memudahkan untuk pembuatan cerita, atau memiliki keuangan yang cukup untuk mengikuti kelas kepenulisan, mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat, memandang tulisan orang lain sangat layak sedangkan diri sendiri tidak dan masih banyak lagi.
Semua orang yang menjadi penulis tidak selalu menciptakan cerita di saat yang bersamaan, tidak semua penulis juga dibekali oleh hak istimewa seperti lingkungan yang mendukung atau peralatan yang canggih, penulis juga pasti belajar untuk mengasah kemampuannya sebelum melahirkan karya.
Untuk menghasilkan cerita, penulis harus berfokus pada proses dan praktik, bukan sibuk dengan perbandingan yang tidak berujung. Jika saat ini tidak memiliki laptop, masih ada smartphone, bahkan ada juga yang masih nyaman menulis cerita di buku. Penyaluran ide bisa lewat apa saja dan tidak harus sama.
Jika terus membanding-bandingkan, ketika cerita sudah diciptakan dan masih berproses, penulis berpotensi akan mengambil keputusan yang sangat disayangkan seperti menghapus semua tulisan atau membiarkannya sampai berdebu. Jadilah cerita yang dibuat tidak kunjung selesai.
3. Terlalu banyak ketakutan

Ketakutan hadir ketika calon penulis ingin mempublikasikan cerita di suatu platform atau menerbitkannya menjadi buku fisik. Ketakutan muncul karena misal takut dikritik, takut cerita yang dibuat buruk, takut diplagiasi, takut tidak ada yang baca atau beli dan takut tidak sesuai harapan.
Ketakutan yang semakin bertumpuk tidak akan membuat cerita selesai dan tidak akan membuat mimpi menjadi penulis terwujudkan.
Sebenarnya, adanya rasa takut itu normal, tapi akan menjadi tidak wajar apabila ketakutan itu terus dipelihara sehingga membatasi potensi yang dimiliki.
Kuncinya adalah berani dan mulai. Tidak perlu terburu-buru yang terpenting berproses. Karena tentu untuk mencapai tujuan pasti ada jalan yang harus dilalui, dan jalan itulah yang disebut proses. Terkadang ketakutan itu tidak semenakutkan apa yang ada dalam pikiran, meski memang tidak mudah. Justru itulah mengapa harus melawan rasa takut, supaya tahu bahaya yang ada di pikiran itu benar adanya atau tidak.
4. Berorientasi utama pada hasil materi

Tidak sedikit calon penulis ingin menghasilkan uang dari pembuatan ceritanya. Tidak salah sebetulnya. Tujuan tersebut menjadi baik apabila membuat calon penulis terpacu lebih semangat dalam menulis. Namun, alangkah baiknya ketika memulai, jangan dulu berorientasi pada hasil materi atau justru memang menjadikan uang sebagai satu-satunya alasan untuk menulis. Sebab, penulis sukses tidak dipatok oleh seberapa banyak uang yang dihasilkan, melainkan karya-karya yang berkualitas sehingga namanya akan terkenang sepanjang masa.
Ketika orientasi utama pada hasil materi, maka ketika pada akhirnya hasil materi yang didapatkan tidak sesuai yang diharapkan bahkan justru semisal sama sekali tidak menghasilkan, maka yang tersisa hanyalah kekecewaan. Dan ketika kekecewaan itu timbul, maka tidak ada motivasi lainnya untuk terus berkarya lewat tulisan. Apalagi yang memang orientasi satu-satunya untuk uang.
Mulailah menulis dari hati, lakukan karena memang hati yang menyukai. Soal menghasilkan uang dari cerita itu merupakan hadiah dan bonus, tapi yang utamanya adalah cerita tersebut dapat dihasilkan dengan pikiran yang yang murni dan berkualitas.
Itulah 4 alasan utama mengapa calon penulis tidak kunjung menyelesaikan tulisannya. Meskipun pasti masih banyak alasan-alasan lain, 4 alasan utama ini cukup umum menjadi struggle yang menyelimuti calon penulis.
Tips membuat cerita agar selesai:
1. Fokus ingin membuat karya bukan karena keterpaksaan melainkan keinginan dari hati;
2. Pelajari ilmu-ilmu soal kepenulisan yang saat ini banyak tersedia secara gratis dan mudah diakses;
3. Jangan mengabaikan ide yang melintas secara spontan. Tulis apapun ide yang muncul di pikiran lewat catatan smartphone atau buku;
4. Kesampingkan segala ketakutan dan buat diri senyaman mungkin dengan pikiran setidaknya cerita itu bisa disimpan meskipun tidak dipublikasikan;
5. Mulailah menulis apapun yang terjadi.